Ambigu berarti makna ganda. Demikian juga dengan kata polisemi. Akan tetapi, kegandaan makna dalam polisemi berasal dari kata, sedangkan kegandaan makna dalam ambigulitas berasal dari satuan gramatikal yang lebih besar, yaitu frasa atau kalimat dan terjadi sebagai akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda.
Contoh frasa atau kalimat yang ambigu berikut ini:
a)Buku Sejarah baru terbit minggu ini(frasa), dapat ditafsirkan:
1.Buku sejarah itu baru terbit
2.Buku yang berisi sejarah baru (bukan sejarah yang lama)
b)Orang malas lewat disana (kalimat), dapat ditafsirkan:
1.Jarang ada orang yang mau lewat disana
2.Yang mau lewat disana hanya orang yang malas
Untuk menghindari kesalahan penafsiran seperti di atas, di dalam mengungkapkannya penutur ebaiknya mengucapkan dengan intonasi yang tepat(dalam penuturan lisan), dan dalam bahasa tulis pengguna bahasa hendaknya memberikan tanda hubung pada sejarah-baru (jika yang dimaksud adalah ‘buku yang berisi sejarah yang baru’, bukan yang lama), atau buku-sejarah (jika yang dimaksud ‘jenis buku sejarah’, bukan buku matematika).
Contoh frasa atau kalimat yang ambigu berikut ini:
a)Buku Sejarah baru terbit minggu ini(frasa), dapat ditafsirkan:
1.Buku sejarah itu baru terbit
2.Buku yang berisi sejarah baru (bukan sejarah yang lama)
b)Orang malas lewat disana (kalimat), dapat ditafsirkan:
1.Jarang ada orang yang mau lewat disana
2.Yang mau lewat disana hanya orang yang malas
Untuk menghindari kesalahan penafsiran seperti di atas, di dalam mengungkapkannya penutur ebaiknya mengucapkan dengan intonasi yang tepat(dalam penuturan lisan), dan dalam bahasa tulis pengguna bahasa hendaknya memberikan tanda hubung pada sejarah-baru (jika yang dimaksud adalah ‘buku yang berisi sejarah yang baru’, bukan yang lama), atau buku-sejarah (jika yang dimaksud ‘jenis buku sejarah’, bukan buku matematika).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar